top of page
Cahaya di Laut
 

Pernahkah Anda bertanya, kenapa air laut yang jernih berwarna biru kehijau-hijauan? Atau pernahkah Anda bertanya ketika menyelam/menyaksikan tayangan di televisi tentang gelapnya kehidupan di dasar laut?

Misteri cahaya di dalam laut baru benar-benar terkuak pada sekitar abad ke20. Yakni ketika manusia memahami tentang kekuatan spektrum cahaya dan perambatan/penyerapannya pada medium zat cair.

Seperti yang kita ketahui bahwa sinar matahari yang dipancarkan sebenarnya tidak hanya berwarna kuning. Akan tetapi terdiri dari spektrum warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Masing-masing spektrum ini memiliki panjang gelombangnya sendiri. Ketika sinar matahari masuk ke dalam laut, perbedaan panjang gelombang ini mempengaruhi kecepatan penyerapan oleh air laut.

Setiap bertambah 100 m kedalaman air laut, kekuatan cahaya akan terserap sebanyak 1%. Pada kasus ini, spektrum warna merah dan jingga lebih cepat terserap dibandingkan spektrum warna biru dan hijau. Pada kedalaman 100m, spektrum warna lain akan benar-benar terserap hingga tinggal menyisakan spektrum warna hijau dan biru. Hal inilah yang membuat air laut yang jernih terlihat berwarna biru kehijau-hijauan. Apabila kita menyelam lebih dalam lagi, maka cahaya akan benar-benar habis terserap. Artinya, keadaan menjadi gelap. Itulah kenapa, pada penyelam juga dilengkapi dengan lampu bawah air untuk membantu penglihatan mereka.   

Yunan Fahmi, MT.

Hal ini mengakibatkan adanya pembagian zona di laut. Yakni di zona yang masih tembus cahaya (photic zone) dan zona tanpa cahaya (aphotic zone). Di photic zone, hidup organisme –organisme yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis seperti fitoplankton, terumbu karang dan organisme-organisme lain sehingga membentuk rantai makanannya sendiri. Sedangkan di aphotic zone, umumnya dihuni oleh ikan-ikan besar, cumi-cumi raksasa dan ikan-ikan dengan bentuk yang tidak wajar.

Jika para ilmuwan berhasil mengungkap hal ini baru-baru ini, Alquran telah memberi isyarat akan kondisi gelapnya laut pada surat An Nuur ayat 40, yang berarti

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun."

Alquran memang bukan kitab science, tapi Alquran memberikan banyak signs terkait fenomena alam semesta dan ke-maha besaran Allah sebagai pencipta. Contohnya pada ayat tersebut Allah memberikan isyarat bahwa kegelapan di dalam laut adalah ‘bertindih-tindih’ atau berlapis. Di sains modern pun dikenal bahwa laut juga terdiri dari lapisan-lapisan yang tembus cahaya, sedang dan sama sekali tidak ada cahaya.

 Jika kita mau sejenak merenung, bagaimana mungkin seorang Muhammad SAW yang tidak pernah menyelam ke dasar laut bisa menceritakan kondisi lautan yang gelap secara akurat? Hal ini menunjukkan bahwa Alquran ini benar-benar merupakan mukjizat dari Allah SWT.

Oleh karena itu, sebagai seorang (calon) ilmuwan muslim hendaknya semakin bertambah pengetahuan kita akan segala sesuatu seyogyanya akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah, dan bukan sebaliknya.

Wallahu a’lam bish shawab.

 Dwi Rukma Santi, SST., M.Kes,

PERADABAN ISLAM SEBAGAI PELOPOR AROMATERAPI MODERN
​

Peradaban manusia telah mengenal aromaterapi sejak 6000 tahun silam. Melalui tangan kimiawan dan dokter Muslim di era kekhalifahan, teknologi pembuatan minyak esensial dan pengobatan dengan aromaterapi berkembang sangat pesat. Dunia barat baru mengenal dan mengembangkan aromaterapi pada awal abad ke-20 M, sedangkan peradaban Islam telah mengembangkannya 13 abad lebih awal. Sejarawan Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya bertajuk Healing with Aromatherapy mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan perintis aromaterapi modern. Menurutnya, penyulingan uap air pertama kali ditemukan Dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).

​

Pada abad ke-13 M, seorang dokter Muslim bernama Al-Samarqandi juga mengembangkan pengobatan dengan wewangian atau aroma. Dalam risalah yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandi aromatik, bubuk aromaterapi, uap panas dengan wewangian dari aneka bunga-bunga. Al-Samarqandi melakukan terapi aroma untuk menyembuhkan infeksi telinga dan sinus.

Aromaterapi merupakan istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan. Aromaterapi bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang.  Di alam ini terdapat banyak sekali jenis tumbuhan yang berbeda-beda. Semua tumbuhan mempunyai zat atau kandungan yang bermacam-macam dengan fungsi yang beragam bagi tubuh manusia. Dalam Al Qur’an surat Ar-Rahman ayat 11-12 Allah SWT berfirman, yang artinya : “Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya” (Q.S Ar-Rahman:11-12).

Ahli tafsir memiliki pendapat yang bervariasi mengenai ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dengan kata al-Raihan adalah semua tumbuhan yang baik baunya, ada yang memahami kata tersebut dalam arti daun yang hijau yakni sebagai antonim dari al-ashf / daun yang kering, dan ada yang berpendapat  tanaman yang berbau harum yang tumbuh di permukaan bumi, baik yang menjadi santapan manusia  maupun santapan binatang.

Saat ini, aromaterapi sudah banyak digunakan di rumah, klinik, dan rumah sakit untuk berbagai tujuan. Beberapa contoh penggunaan aromaterapi diantaranya adalah untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil (emesis gravidarum), mengurangi rasa sakit pada saat persalinan, menghilangkan rasa sakit akibat kemoterapi pada pasien kanker, dan rehabilitasi pasien jantung.

Aromaterapi Dalam Praktik Kebidanan

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering tejadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung, penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid.

Rasa mual pada awal kehamilan dapat juga ditanggulangi dengan menggunakan terapi non farmakologis sebagai pelengkap, antara lain dengan aromaterapi campuran (blended) antara peppermint dan ginger oil. Aromaterapi memberikan ragam efek bagi penghirupnya. Seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi mual. Terapi pelengkap nonfarmakologis bersifat noninstruktif, noninfasif, murah, sederhana, efektif, dan tanpa efek samping yang merugikan.

Ketika aromaterapi (essential oils) dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak. Sistem limbik adalah daerah yang mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormon, dan pernafasan.

 

Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil

Sebuah essential oil dapat digunakan bersamaan dengan essential oil yang lain dan campuran ini dinamakan synergy. Synergy lebih efektif dari pada satu jenis essential oil. Terdapat banyak jenis  essential oil yang ada. Jenis essential oil yang biasa digunakan untuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil  adalah peppermint, lemon dan jahe (Ginger).

Aromaterapi  blended peppermint dan ginger oil dapat digunakan untuk menurunkan rasa mual pada ibu hamil dengan alasan aroma yang dihasilkan lebih kuat sehingga lebih efektif untuk menurunkan rasa mual pada ibu hamil. Selain itu peppermint telah lama dikenal memberi efek karminatif dan antispasmodik, secara khusus bekerja di otot halus saluran gastrointestinal dan saluran empedu. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa aromaterapi  blended peppermint dan ginger oil dapat membantu para wanita hamil mengatasi derita mual dan muntah (morning sickness) tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam kandungannya.

Kesimpulan

Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan menggunakan essential oil tumbuhan dan herbal. Setiap essential oil memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal.

Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang alamiah, namun semua proses kehamilan dan persalinan juga berisiko mengalami penyulit. Oleh karena itu, wanita hamil dianjurkan untuk tetap banyak berdo’a agar diberi kekuatan, kesehatan, dan keselamatan diri dan janinnya, serta agar anaknya kelak dijadikan oleh Allah sebagai anak yang soleh dan soleha.  Disamping itu suami dan keluarga harus memberikan support  fisik, emosional dan spiritual.

Sound Healing, Sembuhkan dengan Al-Qur’an

Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya & Penulis Buku “60 Menit Terapi Shalat Bahagia”

​

Sumber gambar: https://novabio16.files.wordpress.com/2009/11/earlrg.jpg

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’ [17]:82)

Kajian ayat di atas dipilih setelah terinspirasi Prof. Dr. Amin Syukur, MA, penulis buku Sufi Healing yang bertemu dalam satu meja ujian promosi doktor sebulan yang lalu. Buku yang dia tulis itu menceritakan peristiwa ajaib 10 tahun silam ketika tim dokter yang mengoperasinya memperkirakan usianya tinggal 15 bulan lagi. Ia terkena kanker nasopharynk, bicaranya gagap, dan anggota badan bagian kanannya lumpuh. Sejak itu, ia tiada henti membaca Al Qur’an dan berdzikir. Beberapa bulan kemudian, ia sembuh bahkan lebih sehat daripada sebelumnya, dan sampai sekarang masih aktif memberi kuliah di beberapa perguruan tinggi.

                Guru Besar di UIN Walisongo itu berobat ke dokter mengikuti perintah Nabi SAW yang tersebut pada hadis berikut. Usamah bin Syarik r.a bercerita, “Saya mendatangi nabi SAW dan para sahabat di sekitarnya menunduk seolah-olah ada burung di atas kepalanya. Saya mengucapkan salam lalu duduk. Tiba-tiba datanglah orang Arab pedesaan dan bertanya, “Haruskah kami berobat?” Nabi menjawab, “ya.” Lalu ia bersabda,“Berobatlah kalian sebab Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menyertakan obat untuknya, kecuali penyakit yang satu ini yaitu penuaan” (HR. Ahmad). Dalam hadits yang lain, Nabi SAW juga menegaskan penyakit hanya bisa diketahui oleh orang yang ahli sesuai dengan bidangnya.

Ahli tafsir memiliki pendapat yang bervariasi mengenai ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dengan kata al-Raihan adalah semua tumbuhan yang baik baunya, ada yang memahami kata tersebut dalam arti daun yang hijau yakni sebagai antonim dari al-ashf / daun yang kering, dan ada yang berpendapat  tanaman yang berbau harum yang tumbuh di permukaan bumi, baik yang menjadi santapan manusia  maupun santapan binatang.

Saat ini, aromaterapi sudah banyak digunakan di rumah, klinik, dan rumah sakit untuk berbagai tujuan. Beberapa contoh penggunaan aromaterapi diantaranya adalah untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil (emesis gravidarum), mengurangi rasa sakit pada saat persalinan, menghilangkan rasa sakit akibat kemoterapi pada pasien kanker, dan rehabilitasi pasien jantung.

Aromaterapi Dalam Praktik Kebidanan

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering tejadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung, penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid.

Rasa mual pada awal kehamilan dapat juga ditanggulangi dengan menggunakan terapi non farmakologis sebagai pelengkap, antara lain dengan aromaterapi campuran (blended) antara peppermint dan ginger oil. Aromaterapi memberikan ragam efek bagi penghirupnya. Seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi mual. Terapi pelengkap nonfarmakologis bersifat noninstruktif, noninfasif, murah, sederhana, efektif, dan tanpa efek samping yang merugikan.

Ketika aromaterapi (essential oils) dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak. Sistem limbik adalah daerah yang mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormon, dan pernafasan.

 

Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil

Sebuah essential oil dapat digunakan bersamaan dengan essential oil yang lain dan campuran ini dinamakan synergy. Synergy lebih efektif dari pada satu jenis essential oil. Terdapat banyak jenis  essential oil yang ada. Jenis essential oil yang biasa digunakan untuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil  adalah peppermint, lemon dan jahe (Ginger).

Aromaterapi  blended peppermint dan ginger oil dapat digunakan untuk menurunkan rasa mual pada ibu hamil dengan alasan aroma yang dihasilkan lebih kuat sehingga lebih efektif untuk menurunkan rasa mual pada ibu hamil. Selain itu peppermint telah lama dikenal memberi efek karminatif dan antispasmodik, secara khusus bekerja di otot halus saluran gastrointestinal dan saluran empedu. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa aromaterapi  blended peppermint dan ginger oil dapat membantu para wanita hamil mengatasi derita mual dan muntah (morning sickness) tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam kandungannya.

Kesimpulan

Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan menggunakan essential oil tumbuhan dan herbal. Setiap essential oil memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal.

Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang alamiah, namun semua proses kehamilan dan persalinan juga berisiko mengalami penyulit. Oleh karena itu, wanita hamil dianjurkan untuk tetap banyak berdo’a agar diberi kekuatan, kesehatan, dan keselamatan diri dan janinnya, serta agar anaknya kelak dijadikan oleh Allah sebagai anak yang soleh dan soleha.  Disamping itu suami dan keluarga harus memberikan support  fisik, emosional dan spiritual.

Peristiwa Amin Syukur adalah bukti kebenaran firman Allah yang dikutip pada awal tulisan ini bahwa Al Qur’an berfungsi sebagai obat dan rahmat untuk semua orang mukmin. Bukan ayat-ayat yang direndam dalam air dan diminum, tapi yang dibaca dengan lagu yang merdu sampai menimbulkan rasa gembira dan optimisme kesembuhan.

                Kate dan Richard Mucci melaporkan hasil penelitian dalam bukunya, The Healing Sound of Music(2002). Eksperimen dilakukan dengan meminta sejumlah penderita kanker ganas untuk menikmati musik harpa yang dimainkannya. Para dokter terkejut, ternyata beberapa bulan berikutnya mereka sembuh. Menurutnya, akan lebih dahsyat lagi pengaruh musik jika yang memainkannya adalah mereka sendiri. Musik bisa merangsang aktivasi otak dan menimbulkan rasa senang, dan rasa senang inilah yang mempercepat penyembuhan. Menurut Deepak Chopra, “Pikiran bahagia membentuk molekul bahagia, dan pikiran tegang membuka pintu masuknya banyak penyakit termasuk kanker.” Amin Syukur membuktikan dzikir dengan nyaring dapat menenangkan jiwa sekaligus merangsang aktivasi otak melalui indera telinga, apalagi jika disertai dengan pengaturan pernafasan dan visualisasi. Inilah yang disebut sound healing atau al ‘ilaj bis shawt atau penyembuhan melalui suara.

                Peneliti di Mesir juga melakukan lima tahap ekperimen terhadap 210 non-muslim sebagai sukarelawan. Dari riset itu ia menyimpulkan bacaan Al Qur’an dapat menurunkan ketegangan pikiran sampai 65 persen sekaligus menguatkan kekebalan tubuh sehingga terhindar dari beberapa penyakit yang lama ataupun baru.

                Alfred Tomatis, musisi dan dokter asal Prancis mengatakan, pendengaran adalah indera paling penting, sebab ia panglima yang mengatur semua sistem syaraf. Telinga bagian dalam berhubungan dengan jantung, paru-paru, hati dan usus. Frekwensi suara dapat memengaruhi semua organ tubuh. Fabien (1974) menambahkan, suara dapat memengaruhi sel-sel termasuk sel kanker. Suara paling dahsyat pengaruhnya adalah suara dirinya sendiri. Suara memiliki pengaruh terhadap sel-sel dalam tubuh termasuk sel-sel darah, bahkan bisa meledakkan sel kanker dan dalam waktu yang sama mengaktifkan sel-sel dengan baik.

                Menurut teori PNI (Psiko-Neuro-Endokrin-Imunologi), hati yang tenang akan menyebabkan kelenjar mengeluarkan hormon indokrin yang menguatkan imunitas dan kesehatan fisik. Dengan demikian, sel-sel radikal (kanker) akan terhenti dan hilang. Sebaliknya, jika hati seseorang gelisah dan marah maka cairan tubuhnya akan berubah menjadi racun dan imunitas tubuhnya menurun sehingga mudah terserang penyakit.

                Abd al Daim Al Kahiil dalam bukunya, Al Qur’an, The Healing Book mengatakan, semua suara termasuk bacaan Al Qur’an merupakan gelombang yang menyebar ke udara. Getaran frekwensi di udara tersebut lalu menggetarkan gendang telinga, lalu ke saraf pendengaran dan kemudian berubah menjadi gelombang electromagnetic yang diterima otak. Otak selanjutnya melakukan analisis dan memberi perintah ke seluruh tubuh.

                Adz Dzahaby dalam At Thibbun Nabawy mengatakan, “Menyanyi adalah denyut kesenangan yang menguatkan emosi, memperlambat penuaan dan mengusir penyakit.” Bacaan Al Qur’an yang merdu oleh imam shalat dapat menggerakkan gelombang electromagnetic yang menggetarkan kulit dan menenangkan hati makmum dan semua pendengarnya (QS. Al Zumar [39]: 23). Suara kalam ilahi itu juga dapat menggetarkan gunung dan bumi (QS. Al Ra’d [13]:31).

                Jika musik tanpa energi ilahiah bisa memberikan penyembuhan, maka ayat-ayat Al Qur’an pasti lebih dahsyat pengaruhnya, sebab setiap huruf yang masuk ke dalam telinga mengandung minimal sepuluh energi positif. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab suci Allah, maka dia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan berlipat sepuluh. Aku tidak menghitung alif lam mim satu huruf, melainkanalif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf” (HR. At Tirmidzi).

                Mulai sekarang, jangan lewatkan satu haripun rumah Anda tanpa suara Al Qur’an. Keraskan bacaan Anda dengan irama dan alunan yang membuat hati Anda berbunga-bunga, penuh suka cita. Semoga Anda juga secara bertahap memahami kandungan maknanya. Dari sound healing therapy inilah kita bisa mengerti mengapa Nabi SAW memerintahkan Anda melagukan Al Qur’an, “Bukanlah pengikutku orang yang tidak melagukan Al Qur’an” ( HR. Al Bukhari dari Abu Hurairah r.a). Selamat menyambut kesehatan, ketenangan hati dan limpahan rahmat Allah melalui lagu-lagu Al Qur’an.

Referensi: Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA, Sufi Healing, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012 p. 87; Dr. H. Achmad Zuhdi DH, M.Fil, Terapi Qur’ani, Tinjauan Al Qur’an Al Hadits dan Sains Modern, Penerbit Imtiyaz, Surabaya, 2015 p. 285; Dr. H. Harjani Hefni, MA, The Seven Islamic Daily Habits, Pustaka Ikadi, Jakarta, Cet VI, 2013 p. 197.

 

Sumber: http://www.terapishalatbahagia.net/sound-healing-sembuhkan-dengan-al-quran/

Belajar Sains dari sosok Ibn Al Haytham
​

Oleh : Zuardin

Dosen Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel

 

........If learning the truth is the scientist's goal, then he must make himself the enemy of all that he reads (Ibn Al-Haytham) 

Beberapa waktu lalu, saya terpikir untuk meneliti kembali sintesis Vitamin D dalam paparan cahaya matahari. Mengingat saat ini paparan cahaya matahari, khususnya di Indonesia mengalami pergeseran yang cukup signifikan terlebih permasalahan pemanasan global.

​

Menurut Institute of Medicine (IOM) AS, kebutuhan Vitamin D semua kelompok umur dapat dipenuhi di bawah kondisi paparan cahaya matahari yang memadai. Akan tetapi, beberapa faktor yang dapat mengurangi produksi Vitamin D dari kulit, antara lain penggunaan tabir surya, pigmentasi kulit yang meningkat, penuaan normal dan paparan cahaya matahari.

​

Fungsi utama vitamin D adalah memelihara kadar kalsium dan fosfat serum. Vitamin D membantu penyerapan dan penyimpanan kalsium oleh tubuh, sehingga membantu membentuk dan memelihara tulang yang kuat.

​

Zuardin

Penetapan tingkat asupan untuk vitamin D itu dipersulit oleh fakta bahwa kadar vitamin D dalam darah di tubuh mungkin bukan hanya berasal dari vitamin D di dalam pola makan, namun juga dari sintesis vitamin D di kulit dari paparan sinar matahari. Sementara survei nasional di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan asupan total rata-rata vitamin D di kalangan warga Amerika Utara berada di bawah persyaratan median, survei itu juga menunjukkan bahwa tingkat vitamin D dalam darah rata-rata adalah lebih dari 20 nanogram per mililiter, suatu tingkat yang dipandang oleh pakar IOM penting untuk kesehatan tulang yang baik bagi hampir semua orang. Namun, karena jumlah vitamin D yang dihasilkan lewat paparan sinar matahari sangat bervariasi dari orang ke orang, sementara terkena matahari lama-lama tidak dianjurkan demi mengurangi risiko kanker kulit, maka saran pola makan IOM mengabaikan jumlah vitamin D yang mungkin tersintesis akibat paparan sinar matahari.

Ide ini kemudian mengantarkan untuk meninjau segala referensi yang terkait dengan cahaya. Sampailah saya pada suatu referensi yang menarik mengenai sosok Ibn Al Haytham. Dalam International year of Light 2015 yang diadakan UNESCO, terdapat suatu pembahasan khusus mengenai sosok tersebut dengan judul International Conference on Ibn Al Haytham and Challenges for the future to be held at UNESCO HQ.

Selama 2 hari, para ilmuwan, akademisi, sejarawan sains, para pembuat keputusan politik dari berbagai bidang berdiskusi tentang warisan-warisan ilmiah dari ilmuwan arab mulai abad ke-8 sampai dengan abad ke-15 untuk pengembangan ilmu pengetahuan modern. Para pembicara tamu memberi contoh bagaimana ide ilmiah dan budaya sains menjadi pusat dan perkembangan manusia. Mempelajari sejarah sains, kehidupan, cara kerja, dan ide dari para pioner seperti Ibn Al-Haytham adalah salah satu pelajaran penting dan memberikan inspirasi untuk perkembangan sains di masa depan (Widhi Adrianna).

Kenapa Ibn Al Haytham ?

Ibn Al-Haytham dikenal sebagai filsuf sekaligus fisikawan yang memiliki penemuan mengagumkan dalam menjelaskan optik maupun sifat-sifat cahaya.  "Kamera obscura pertama kali dibuat oleh Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham, ' 'seperti ditulis oleh Nicholas J Wade dan Stanley Finger dalam karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from camera obscura to Helmholtz's perspective.

Dunia mengenal  Al-Haytham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura. Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, al-Haitham lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap. Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad ke-16 M (Zulfanafdhilla).

ilmuwan peraih Nobel Prize 2014 tahun lalu mengembangkan mikroskop tetapi dalam ukuran nano (anggap saja nanoskop). Inovasi penemuan nanoskop ini prinsipnya berdasarkan teori-teori tentang karakter cahaya dan tentang optik, bagaimana kita dapat melihat dalam ukuran nano. Tujuannya adalah supaya kita dapat mempelajari mekanisme paling kecil dalam makhluk hidup.

Ibn Al-Haytham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H/965 Masehi beliau dikenal dengan nama Alhazen, dengan metode penelitiannya berupa investigasi khususnya dalam melakukan eksperimen untuk menguji teori yang sudah ada sebagai cikal bakal dalam metode yang digunakan sains modern saat ini.

Pengakuan tentang cara berpikir Ibn Al-Haytham dan mengumpulkan informasi dalam menjawab pertanyaan penelitian masih tetap tetap digunakan secara global hingga saat ini. Ibn Al-Haytham seorang cendekiawan muslim telah meletakan pondasi yang kuat untuk pengembangan sains dari waktu ke waktu.

Dari semua perkembangan sains tersebut, kita dapat mencari titik temu antara sains masa lalu dan teknologi masa kini, sehingga dapat memaknai pentingnya perkembangan masyarakat masa mendatang. Ringkasnya, perkembangan sains masa mendatang itu semua tergantung ikhtiar yang kita lakukan saat ini.

Dr. Sanuri, M.Fil.I.

Maqasid al-Shari’ah & Indonesia’s HDI on Literacy
​

By: Dr. Sanuri, M.Fil.I.

Lecturer of Philosophy of Islamic Law Course

Faculty of Syari’ah and Law, UINSA Surabaya

​

Human development is one of the concerns and becomes a pilot project of the United Nations as other programs such as peace, health, and cooperation among the nations of the world. It has been one the determinant factors of how prosperous a country is. The higher the level of the human development, it can be said that the more prosperous the country is. However, Indonesia has not yet considered to be one of the countries with constantly improving HDI. In 2007, Indonesia’s Human Development Index (HDI) reached 0,728 that put Indonesia on the 100th level of the overall list of the world’s HDI. However, the number decreased in 2012 and 2013 which put Indonesia in the position of number 108.

​

Yet, the bigger concern other than the HDI number is that although Indonesia’s HDI rank was at the intermediate level of the countries of the world’s 0.684 score, job availability is still under the world average of 0,702.

​

Maqasid al-Shari’ah and Indonesia’s HDI

 In the context of contemporary Indonesia, maqasid al-shari’ah can be interpreted as the objectives that can be achieved through stipulation of law for a just and prosperous society. The five components of Islamic law, which serve as indicators for achieving these objectives, are not just imprudent, but also precautionary and regulative. These five features are: (1) Maintaining religion (hifz al-din): Shari’ah requires a variety of worship aimed to ensure the establishment of the religion of Allah by carrying out all of His commands and avoiding all of His prohibitions. This can also mean that to maintain our faith to Allah and Islam, fighting in wars is not the only option available. In fact, it is not near sufficient. Not only that war does not solve any problem, even worse, it is more likely to raise many new and dilemmatic problems.. The process of maintaining faith would be more effective when done in the sense of shared respects among religions and in the mutual effort of understanding the psychological aspects other religions in order to create peace. (2) Maintaining soul (hifz al-nafs). This process is not only oriented toward the execution of qisas for perpetrator of criminal act, but also is intended to create strong physical condition and spiritual health for the doers. (3) Maintaining descendants (hifz al-nasl). This is not only applied through  legitimate marriage or the sentences given for adultery, but it also should be evolved into an obligation for all Muslims to create better and greater generation by providing adequate knowledge to ensure the positive effect of education, to strengthen faith, and to maintain psychological stability of the children. (4) Maintaining the mind (hifz al-‘aql). This process is not merely to prohibit oneself from drinking liquor or doing bad deeds, but rather on development of intellectual ability, critical thinking, knowledge, as well as adequate education and skill for young people to help them face the future better.. (5) Maintaining property (hifz al-mal). This process is done not just by giving mulct (fine) for perpetrator of thievery and damage, but it also should be oriented toward how the local economy of the people will evolve through an enhancement in human resource sector for the welfareness of the people.

 

Hifz al-‘Aql and Literacy

 Anies Baswedan, Indonesia’s Minister of Education, says that the restricted access to education in rural and remote area is outcome of rapid urbanization, especially towards metropolitan cities such as Jakarta and Surabaya. In the international level, based on the annual report of the UNESCO “Education For All Global Monitoring Report 2012”, the quality of education in Indonesia ranked 64th out of 120 countries in the world. While in 2011, based on Education Development Index (EDI), Indonesia was the 69th country out of the 127 countries. A big question that emerges is whether the sustainability of a country, the national culture, and the human prosperity of Indonesia are some of the competent to survive the future changes and challenges.

 @ Moral-Ethical Term of Hifz al-‘Aql

 The concept of maintaining the mind (hifz al-’aql), in a moral-ethical context, offers several features which help enhance the literacy figure in Indonesia. Islam is a religion that has a great concern about the moral of the future generations. In Islam, education has begun, in fact, since one was in mother’s womb. Children, then, should be given facilities and infrastructures to evolve themselves. Moral education starts from the family and it requires the value of piety, honesty, tolerance on the others’ culture, obedience to the existing rules, manner, respect for the people around, hard work, responsibility, sympathy, and empathy for others.

 @ Integrity and Responsibility of Parents

 The next principles are the integrity and responsibility of parents toward education and physical-spiritual growth of their children. Family is the first educational institution which shapes the identity of the next generation. As the smallest social unit that was formed through a legitimate marriage, family has a strategic role in formatting the character of the children. The internal education of the family will greatly influence the triumph of education in the next period. Children, who are born within a family frame, are the main asset of the national development. Therefore, integrity and responsibility of parents in the family is extremely necessary for the growth and development of the children. This is in harmony with the transcendental purpose of marriage which is to form a sense of responsibility of each member among all family members. In addition, parents and families should be capable to guarantee them to be free of fear, domestic conflict, and excessive burden for the children. These psychological factors often lead to children becoming traumatized, depressed, and not being creative in decision-making.

  @ The Government’s Policy

 The proactive role of the government on education is crucial. The government has moral and transcendental responsibility on the real condition of the people. Some suggestions that may need to conduct are: (1) Policy on scholarship opportunity, which should be given as many as possible, especially for those with low economic level; (2) Policy which orients in the acceleration of equity and quality of education in all areas, particularly in remote, underdeveloped, bordered, as well as low economic areas; (3) Census on school age children who are not provided with appropriate education and who had dropped out of their formal education; and (4) Optimization of assets owned by the local community or the security forces, community public figures, notable religious leaders and government officials as some of the driving force for the community to reduce the number of literacy rate in their areas.

 

Note: This article is the concise version of the writer’s individual research report sponsored by LP2M, State Islamic University of Sunan Ampel, Surabaya 2015.

bottom of page